Juliana Cen: Kisah Totalitas Tanpa Batas untuk ASUS Indonesia
Bicara tentang totalitas dalam berkarir di sebuah perusahaan, dari sekian banyak kisah inspiratif yang ada, penulis memiliki kisah menarik dari salah satu mantan karyawan ASUS Indonesia, yakni Juliana Cen.
Juliana Cen adalah mantan Country Product Group Leader ASUS Indonesia. Penulis pertama kali mengetahui rencana pengunduran dirinya dari ASUS Indonesia pada acara peluncuran notebook Republic Of Gamers (ROG) STRIX GL553 dan GL702 tempo hari, tetapi ia tidak bisa banyak berkata karena larut dalam emosi.
Dirinya baru sanggup angkat bicara mengenai pengunduran dirinya di acara peluncuran notebook ASUS X550IU. Juliana mengucapkan salam perpisahan dari ASUS Indonesia via e-mail ke redaksi kami pada Jumat (31/1/2017), ia telah mengumumkan "kelulusan" dari ASUS Indonesia sekaligus menceritakan awal karirnya di ASUS, mulai dari job interview sampai meraih pencapaian terbaiknya.
Juliana sudah bekerja di ASUS sejak tahun 2005, hampir 12 tahun yang lalu pada tahun 2017 ini. Ia mengungkapkan perasaannya yang seperti seorang anak yang akan melanjutkan sekolah ke luar kota. Ada rasa sedih karena akan berpisah dengan keluarga, tetapi juga ada perasaan gembira, karena akan menjalani petualangandan juga belajar hal-hal baru.
Terkejut Ketika Job Interview
Juliana menjelaskan kalau dirinya masih ingat kali pertama dipanggil job interview oleh ASUS Indonesia. Sempat terkejut ketika mengetahui kantor ASUS pada saat itu berada di dalam rumah dengan sedikit karyawan di dalam tim. Juliana memulai karir di ASUS pada posisi Marketing Specialist dengan fokus kerjanya sebagai Webmaster yang bertugas untuk menerjemahkan produk-produk ASUS di website serta mengatur situs ASUS termasuk http://id.asus.com dan juga website ASUS Advantage.
Seiring berjalannya waktu, Juliana mulai mengerjakan tugas sebagai Public Relation dan mengadakan banyak acara. Acara pertama yang dikerjakan adalah dealers gathering pada awal bulan September di tahun 2005. Pada saat itu bertempat pada hotel di Mangga Dua, Jakarta. Dengan keterbatasan dana dan pengalaman, ia bertugas merangkap sebagai pembawa acara, penjaga live demo dan yang mengatur acara. Pengalaman sebagai marketing membawa Juliana ke posisi Marketing Manager di tahun 2007.
Pada akhir 2008, Juliana dipindahkan ke tim bisnis sebagai Product Manager untuk menangani notebook ASUS. Pada pertengahan tahun 2009, terjadi perubahan besar-besaran pada struktur organisasi ASUS di seluruh dunia. Kemudian Juliana dimasukkan dalam tim SYSTEM sebagai Business Development Manager. Tim saat itu masih sangat kecil, hanya terdiri dari tiga orang.
Peroleh Banyak Dukungan
Atas bantuan dan dukungan dari ASUS Taiwan, akhirnya ASUS Indonesia mendapat banyak perkembangan. Salah satu yang berkesan, awalnya ASUS Indonesia hanya punya sekitar 20 partner yang semua berada di Jakarta dan hanya ada tujuh yang loyal. Pada akhir pekan Juliana berkunjung ke Mangga Dua dan Harco untuk menawarkan dealer untuk menjadi partner ASUS, sayangnya dikarenakan brand ASUS masih sangat kecil sehingga banyak ditolak dan diremehkan oleh dealer.
Juliana menuturkan pengalamannya bersama bos ASUS Taiwan untuk berkeliling kota besar di Indonesia. Mereka selalu berangkat naik pesawat paling pagi dan meeting dengan enam sampai tujuh dealer dalam sehari, menenteng tujuh sampai delapan notebook dalam koper seperti salesman, dan mengetuk satu per satu pintu dealer untuk menawarkan notebook ASUS.
Dikasihani Dealer
Waktu itu hanya ada product guide saja untuk dealer, karena keterbatasan dana. Ada dealer yang mau mendaftar sebagai partner ASUS karena kasihan dengan saya, hal itu diungkapkan via BBM. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan kami berhasil meluluhkan para dealer untuk menjadi partner ASUS. Bahkan setelah beberapa tahun, banyak dealer yang mengajukan diri untuk menjadi partner ASUS.
Banyak hal yang telah dilakukan untuk meraih kepercayaan dealer. Dengan bantuan teman-teman, akhirnya ASUS berhasil menjadi brand papan atas pada tahun 2012 hingga sekarang untuk bisnis notebook di Indonesia.
Terjaring Razia Polisi
Juliana sangat senang bekerja dengan sepenuh hati. Ia punya pengalaman bekerja di kantor ASUS sampai jam enam pagi, lalu jam sembilan pagi sudah kembali ke kantor. Wanita berkacamata ini juga punya pengalaman bekerja sampai jam dua pagi, dan ketika perjalanan pulang, ia sempat terjaring razia polisi karena dianggap sebagai pekerja prostitusi.
Ia pernah sangat bersyukur pada saat malam kantornya dimasuki pencuri, namun beruntung Juliana sudah pulang dari kantor dari jam 10 malam sehingga tidak bertemu dengan para pencuri. Namun peristiwa itu justru menjadi titik balik yang mana Juliana tidak diizinkan lagi untuk pulang begitu malam dari kantor untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Paling lambat antara jam delapan hingga sembilan malam sudah harus pulang kantor.
Di masa-masa perjuangan itu, hampir setiap hari Sabtu, Juliana menghabiskan waktu pada cafe di Kelapa Gading dalam rangka cari akses internet dan nuansa kerja yang nyaman untuk membaca e-mail, belajar produk, dan memikirkan startegi. Sesekali juga ke IT mall untuk memeriksa pasar. Sepertinya hidup Juliana pada saat itu benar-benar hanya untuk ASUS, sisanya adalah tidur dan istirahat di rumah.
Tidak Ada Sesal
Jika melihat kembali ke belakang, Juliana tidak menyesal melakukan semua hal itu. Ia sangat menikmati masa-masa perjuangannya. Apalagi setelah melihat ada hasil sedikit demi sedikit. Dari market share 1,5 persen di tahun 2008, kemudian naik jadi 5 persen, lalu 10 persen, 15 persen dan pada tahun 2012 ASUS berhasil menempati posisi papan atas di Indonesia, walaupun market share masih "mepet" dengan brand pesaing.
Setelah tahun 2012, dengan semakin banyaknya teman-teman yang bergabung ke dalam tim, ASUS Indonesia menjadi sangat kuat. Pencapaian terakhir pada kuartal ketiga tahun 2016, yaitu 43,8 persen untuk keseluruhan notebook, 50 persen untuk consumer notebook, dan 68 persen untuk gaming notebook.
Untuk bisnis smartphone, Juliana masih ingat ketika itu ia mencari informasi tentang pasar smartphone di Indonesia dan meyakinkan manajemen ASUS di Taiwan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar. Berdiskusi mengenai perencanaan strategi smartphone di Indonesia pada saat kunjungan CEO ASUS dan diminta untuk ikut rombongan ke Taiwan.
Pada saat di Taiwan, Juliana bertemu dengan tim Business Unit, Research and Development, Marketing dan lainnya untuk berdiskusi tentang smartphone ASUS. Beberapa hari di Taiwan, saat pulang ke Indonesia, ia sudah bisa mengabarkan ke tim bahwa ASUS akan mengeluarkan "ZenFone".
Persembahan Terbaik
Bagaimana Juliana dan timnya menyelenggarakan acara peluncuran Zenfone di hotel Pullman dengan 1000 peserta adalah pengalaman yang luar biasa. Apalagi acara Zenvolution Bali (event peluncuran besar-besaran smartphone ASUS pada tahun 2016) dengan Incredible Race. It's really amazing journey for me with ASUS!
Sebagai akhir, Juliana mengungkap bahwa dirinya masih akan tetap berkarya di industri tekno tanah air pada perusahaan besar lain, yakni ke Microsoft dengan posisi baru sebagai Central Marketing Organization (CMO) Lead. Divisi tempat ia berkarir di Microsoft ini masuk ke dalam departemen Marketing and Operation yang katanya merupakan jantung dari perusahaan Microsoft.
Leave a Reply